Skip to main content

KEBANGKITAN BANGSA DENGAN MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN NASIONAL

Mungkin kita akan terperangah ketika ingat bahwa sebenarnya bangsa kita adalah bangsa yang kaya Sumber Daya Alam ( SDA ); tanah kita luas dan subur, samudera kita kaya raya, emas kita banyak, minyak bumi kita banyak, dan masih banyak lagi kekayaan yang sebenarnya kita punya. Akan tetapi di negeri permai ini, berjuta rakyat bersimbah luka, anak kurus tak sekolah, pemuda desa banyak yang tak kerja, tergusur dan kelaparan, dan masih banyak lagi penderitaan yang dialami oleh rakyat kita bahkan sampai ujung kematian karena kelaparan tak bisa makan.
Memprihatinkan, mengenaskan, dan memilukan adalah kata dan istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi bangsa kita ini. Betapa tidak, setelah lebih dari setengah abad merdeka dari kaum penjajah, kondisi bangsa kita masih memilukan seperti ini.
Kita juga ingat bahwa kita mempunyai Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang banyak dan melimpah, akan tetapi mengapa kita kondisinya masih memilukan seperti ini. Jawabannya adalah bukan rahasia umum lagi, bahwa kualitas SDM kita belum memadai untuk mengolah SDA kita yang kaya raya itu. Lantas bagaimana caranya agar kualitas SDM kita memadai kemudian bisa mengolah SDM kita ?. Saya pikir anda cukup cerdas untuk memikirkan hal seperti itu, jawabannya adalah “Pendidikan”.
Pendidikan merupakan cara dan langkah utama untuk mengejar ketertinggalan dalam semua bidang kehidupan. Semua orang pasti akan setuju dengan statement ini, namun apakah pendidikan kita selama ini yang sudah lebih setengah abad ini, belum bisa menyejahterakan rakyat ?. Padahal pendidikan merupakan cara dan langkah utama untuk mengejar ketertinggalan dalam semua bidang kehidupan.
Adalah suatu hal yang membuat saya muak adalah saat musim kampanye Pilkada saat ini, Nampaknya pendidikan di tanah air sebatas menjadi isu menarik yang dijual oleh para politisi untuk menggaet simpati masyarakat luas pada musim kampanye. Masih terngiang dalam ingatan, ucapan dan pernyataan mereka (baca: politisi) yang kini mengisi lembaga eksekutif dan legislatif pada kampanye 2004 lalu, berujar, “Seandainya mereka diberi kesempatan untuk menjalankan amanah rakyat—hal utama yang akan dilakukan adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas dunia pendidikan”.
Tidak hanya itu, mereka juga berjanji akan menggratiskan biaya pendidikan. Tetapi yang terjadi sekarang ibarat api jauh dari panggang. Biaya pendidikan semakin tinggi. Banyak anak negeri yang putus sekolah karena tidak mampu membayar biaya pendidikan. Yang lebih tragis, tidak sedikit dari anak bangsa yang bunuh diri karena tidak mampu menahan malu akibat tidak kuat mananggung biaya pendidikan.
Begitu juga halnya dengan peningkatan mutu. Kebijakan pemerintah sebagai upaya dalam meningkatan mutu pendidikan tidak tampil sebagai solusi melainkan lebih banyak menjadi masalah bagi dunia pendidikan kita. Tengok saja, setiap pemerintah mengeluarkan keputusan yang berkenaan dengan pendidikan selalu mendapat respon negatif dari guru dan pakar-pakar pendidikan terkemuka. Keputusan untuk tetap melaksanakan Ujian Nasional (UN) beserta aturan-aturannya, merupakan bukti nyata sikap keras penguasa.
Buktinya, keberadaan UN sebagai bagian dari kebijakan politik pemerintah malah telah membelokkan arah pendidikan. Proses pendidikan hanya mengarah pada usaha pengejaran target kelulusan ketimbang sebagai ajang interaksi nilai-nilai dan pengetahuan. Subtansi pendidikan pun mereka lupa, bahwa pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia Selain itu, UN` telah menimbulkan tindakan-tindakan tidak terpuji (kecurangan) dari pelaku-pelaku pendidikan. Kecurangan di Deli Serdang (Sumut), Makassar, Solo, dan Batam terkait pelaksanaan UN merupakan bukti nyata bahwa evaluasi yang diterapkan pemerintah belum menjawab problem-problem pendidikan.
Belum lagi kita juga beberapa waktu yang lalu sering mendengar berita di televisi tentang maraknya pemalsuan ijasah palsu. Dengan gampangnya ijasah baik dari tingakat SD, SMP, SMA, Ijasah Sarjana, Magister, bahkan doktor dapat diperoleh dengan mudah tanpa melalui proses belajar di sekolah atau perguruan tinggi yaitu dengan cara memesan kepada calo dengan biaya tertentu. Bahkan dipastikan bahwa oknum dari pemalsuan ijasah ini adalah dari orang dalam baik itu dari pihak sekolah maupun pihak Dinas pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan kertas ijasah yang digunakan adalah asli.
Bisa dibayangkan betapa hancurnya negeri ini, jika ijasah palsu itu digunakan oleh pihak tertentu untuk disalahgunakan, baik dalam mencari kerja maupun hal-hal yang lain. Apalagi bila digunakan oleh calon pejabat pemerintahan, bagaimanakah kinerja yang akan dihasilkan? kelak yang terjadi hanyalah kebohongan-kebohongan yang akan merugikan rakyat.
Kemudian, jika kita berbiara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, namun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidak hanya sebatas yang saya bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi lebih baik lagi.
Dan satu hal lagi yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwasannya kita adalah calon-calon pendidik ( Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ) yang nantinya akan terjun mengabdi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka seyogyanya kita mesti berbenah diri dan harus menjadi motor penggerak perubahan bangsa. Dan semoga kita merupakan bagian dari jawaban-jawaban atas beragam problematika bangsa.
Marilah kita bergerak bersama dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, karena hanya dengan pendidikanlah bangsa tercinta ini bangkit dari segala macam keterpurukan yang melanda selama ini…………….!!!
Di tulis oleh :
Much Deiniatur, salah satu segelintir Mahasiswa yang merindukan kejayaaan dan selalu bangga pernah jadi mahasiswa………………….!!!!

Comments

Popular posts from this blog

KUMPULAN MATERI LK1: WAWASAN ILMU

Wawasan Ilmu Di bawah bayang-bayang kematian Islam Oleh : Ihab Habudin ‘Tahu’ dan ‘Pengetahuan’ Manusia adalah mahluk sempurna. Dibekali akal, hati dan indera ia menjelma sebagai mahluk yang paling berpengaruh di muka bumi ini. Inovasi tiada hentinya dalam mengasah kreasi ketiga potensinya itu telah menghasilkan kebudayaan dan peradaban yang sangat kompleks sekarang ini. Misalnya saja, Darinya kita tahu dan mengenal ada Handphone Star Tech (ST 21) yang harganya Cuma Rp. 199.000.- plus kartu pedana ‘bebas’, tarif temurah, dan 600 sms gratis dengan fasilitas dual band GSM 900/1800 MHz, CFTN Nistual, Colour Background 1,5 inci, Predictive text input, polyphonic, speaker phone, jam alam, jam digital dan kalkulator kalender, baterai Li-Ion 700 MAH hingga si Nokia Connecting People (N5310) yang dengannya kita bisa memutar musik hingga 18 jam, radio FM dengan Radio Data System (RDS), Layar dengan 16 Juta warna yang tajam termasuk kamera 2 megapixel serta Mikro SD 512 MB. Atau tidak perlu rumi