Skip to main content

Budaya Membaca dan Perpustakaan Sekolah



Berbagai kalangan menyebutkan bahwa minat baca siswa di Inonesia tergolong rendah. Tentu saja ini bisa menjadi cerminan dan belum optimalnya peran sekolah dalam melaksanakan misi suci sebagai basis penyadaran akan pentingnya nilai-nilai intelektual. Ini juga menjadi salah satu penyebab mundurnya kultur insan akademis, sehingga siswa cenderung melimpahkan energi yang dimilikinya pada hal-hal yang jauh dari nilai intelektual. Pada akhirnya kita jadi maklum bahwa budaya tawuran, bolos, kebut-kebutan dan sejenisnya menjadi pelampiasan siswa.
Salah satu ruang berekspresi bagi siswa untuk melatih intelektualitas adalah membaca. Maka keberadaan perpustakaan sekolah menjadi strategis. Namun hingga saat ini keberadaan tersebut belum sepenuhnya disadari. Padahal disitulah salah satu pusat informasi dan pengetahuan yang berada disekolah. Selama ini, sebagaian besar sekolah kurang mempunyai perhatian terhadap keberadaan perpustakaan, perpustakaan hanya dianggap sebagai pelengkap pondasi kegiatan sekolah. Perpustakaan yang seharusnya benar-benar dirasakan kehadirannya, malah sering kali hanya dijadikan sebagai tempat persembunyian siswa.
Kebanyakan sekolah masih saja berpikiran bahwa perpustakaan sekadar ada, tanpa perencanaan sistematis untuk mengelolanya menjadi salah satu pusat tumbuhnya nilai-nilai intelektualitas siswa. Imbasnya jelas, buku-buku yang tersedia di perpustakaan tersebut pun seadanya. Inilah yang membuat siswa merasa malas untuk membaca.
Sekolah harus terus berupaya untuk selalu memberikan perhatian yang serius  berkenaan dengan eksistensi perpustakaan yang dimilikinya. Perpustakaan harus dijadikan tidak sekedar sebagai pelengkap sekolah, melainkan sebagai salah satu pusat dinamisasi sekolah.
Sekolah harus selalu menambah buku yang dianggap relevan dengan perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan. Selain itu, juga berusaha membangun budaya-budaya baru yang bisa memicu semangat siswa untuk membaca. Perpustakaan dibuat senyaman mungkin agar siswa merasa betah berlama-lama disana. Para guru harus bisa menjadi contoh bagi para siswa dengan selalu mengunjungi perpustakaan serta membuat kegiatan seperti diskusi antara guru dengan siswa. Diskusi ini membuat siswa merasa bahwa membaca bukanlah paksaan tapi merupakan kebutuhan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa minat membaca siswa sangat dipengaruhi oleh hadirnya iklim dan berbagai macam faktor yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah institusi sekolah. Dengan membaca, kita bisa mendapatkan pengetahuan yang bermacam-macam. Ibarat dunia, maka sebuah buku adalah satu dunia. Merupakan tugas berat bagi kita semua untuk membangkitkan kembali semangat budaya membaca.(deins)

Comments

Popular posts from this blog

Review Aplikasi BUSUU

Busuu adalah jejaring sosial terbesar di dunia untuk belajar bahasa, yang menyediakan kursus 12 bahasa di web dan perangkat seluler kepada lebih dari 90 juta peserta didik di seluruh dunia. Peserta dapat mendaftar secara gratis atau berlangganan keanggotaan Premium untuk membuka lebih banyak fitur seperti pelajaran tata bahasa, mode luring, sertifikat bahasa McGraw-Hill Education, atau Pelatih Kosakata kami yang adaptif. Pada tahun 2015, busuu menjalin kemitraan dengan McGraw-Hill Education, salah satu perusahaan pendidikan terbesar dan paling dihormati di dunia. busuu dan McGraw-Hill Education membuat sertifikasi resmi agar siswa kami dapat mengukuhkan pembelajaran bahasa mereka. Tes ini mengukur penguasaan topik-topik inti di A1, A2, B1, atau B2, yaitu tingkatan-tingkatan dalam Common European Framework of Reference (CEFR). Setelah berhasil melewati tes, siswa akan menerima sertifikat tingkatan resmi yang diberikan oleh McGraw-Hill Education. busuu for Organisations, platform belaj...